Senin, 05 Agustus 2019

Kenangan Penghuni

Langit Benderang , Bumi Redup
Oh langit,
Begitu kilap kupandang,
Oh bumi,
Begitu silam kehidupan padam,
Langit yang teramat memaku perhatian,
Dirimu yang anggun teruntuk futurity,
Bumi redup seakan tubuhku bergaris keras dalam rautan purnama penderitaan,
Begitu dirimu yang minggat saat purnamaku terpaut penuh perasaan,

Tubuhku berbentuk garis bulan sabit kenangan.
Perasaanku hadirnya terkonteng-konteng masa prasejarah bersama dirimu.
Hujan,menghilang.
Panas terpenuhi sosok merana.
Perjuangan tetap melaju,meski dipenuhi rintik air kebahagiaan.
Kini, bergolak cuaca,
Mengalir keringat akan sebuah penderitaan.

Oh tuhan...
Langit yang penuh kecerahan,teringat keanggunan dirinya.
Bumi yang redup,mati diderasi pamit dirinya.
Meski begitu...
Langit dan Bumi berbeda misi.
Namun puih hatiku sama.
Langit yang kilap,
Sama halnya doaku,yang melulu untukmu.
Begitu pula bumi yang padam, layaknya hati ini yang sepi,
Namun penghuninya bergaris keras hanya dirimu.

Puisi untukmu,yang akan selalu kudoakan,hingga tutup mataku.


-Indyka Giran Mahardani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar